RINGKASAN KAJIAN HARI KEENAM - Kitab Ayyuhal Walad

RINGKASAN KAJIAN HARI KEENAM Kitab " Ayyuhal Walad " 
Oleh : KH.Muhammad Shoffar Mawardidi Ma'had Daarul Muwahhid

Melanjutkan keterangan,
"Ilmu tanpa Amal Gila
Amal tanpa Ilmu tidak ada"
Bagaimana tidak gila,
menuntut ilmu itu berat/memayahkan.
Jangankan tingkatan kita,
Setingkat Nabi Musa yang sekali pukul orang mati saja,
ketika menempuh perhalanan dalam rangka mencari guru & ilmu yaitu untuk mencari Nabi Khidir,
di surat Kahfie Nabi Musa sampai mengatakan :
"Sungguh benar-benar dari perjalanan ini (perjalanan mencari guru & ilmu)
kita mendapatkan kepayahan."
Kita untuk bisa membaca kitab, harus belajar dulu ilmu Nahwu Shorof, yang membutuhkan waktu, tenaga dan fikiran.
Seperti di Pesantren RaudhotutThalibin Rembang,
Kyai Kholil Bisri mengajarkan kitab AlFiyah yang setiap hari ngajinya,
tamatnya tiga tabun sekali.
Tafsir jalalain ngaji tiap hari tamatnya lima tahun sekali.
Kalau sudah tahu begitu payahnya dalam belajar,
Kemudian setelah dikuasai tidak diamalkan bukankah itu gila namanya.
atau seperti yang sudah dicontohkan di kajian sebelumnya.
Amal tanpa ilmu itu tidak ada,
yang pasti tidak ada penerimaan oleh Allah SWT.
Karena tidak ada penerimaan maka seperti tidak ada.
Seperti ketika Haji tanpa ilmu ya seperti tidak haji,
Puasa tidak pakai ilmu ya seperti tidak puasa.
Imam Al Ghazali memberi tahukan kepada kita suatu peringatan yang sanbat besar :
"Ketahuilah bahwa ilmu yang belum dapat menjauhkanmu dari perbuatan maksiat,
dan tidak membawa pada ketaatan,
Maka tidak bisa menjauhkanmu dari api neraka jahanam di akherat kelak."
dan
"Apabila kamu tidsk mengamalkan Ilmumu dan tidak menyusuri hari-hari yang telah lalu,
di masa muda kurang sungguh-sungguh dalam beribadah dan menuntut ilmu,
dan ketika dewasa mendapatkan hidayah tapi tidak dimaksimalkan.
Maka di hari kiamat,
orang-orang yang demikian akan mengucapkan :
"Kembalikanlah kami kedunia.
Kami akan beramal sholeh"
dan langsung dibentak oleh malaikat, :
"Hai bodoh, kamu itu datang dari sana (dunia) kenapa engkau hendak kembali lavi kesana?".
Peringatan lagi dari Imam Al Ghazali :
"Jadikanlah cita-citamu/semangatmu/gairah menggeloramu, didalam urusan ruh."
Seperti yang dijelaskan di dalam kitab Al Hikam atau Bidayatul Hidayah,
diterangkan bahwa didalam diri kita ini ada jazad dan ruh.
diantara keduanya ada perbedaan ketentuan Allah SWT.
> Untuk urusan jazad Allah menanggung dan menjamin Urusan.
> Untuk urusan ruh Allah tidak menjamin,
Maksudnya,
untuk urusan jazad atau badan Asal manusia masih makan dan minum akan tumbuh.
ibarat ada anak kembar yang sama-sama laki-laki atau perempuanya,
kemudian satu tinggal di kota, yang satu tinggal di desa,
yang tentu pola hidupnya berbeda.
setwlah 10 tahun dipertemukan insyaAlloh akan sama perrumbuhan badanya, paling berbeda penampilan atau warna kulit.
karena untuk urusan perrumbuhan jazad Allah yang tanggung.
bahkan diri kita sendiripun tidak merasakan akan pertumbuhan jazad diri kita.
Tapi untuk urusan Ruh, Allah tidak menjamin.
maksudnya,
Manusia diberi pilihan,
ruhnya dibiarkan sepwrti dulu atau mau ditumbuhkan/ditingkatkan.
dengan cara berilmu, riyadhoh dsb.
contohnya :
Kita semua tahu Musa anak umur 6 yang sudah hafal AlQur'an,
Tapi kita juga tahu di waktu sama ada orang yang umurnya 60 tahun belum bisa membaca AlQur'an.
Karena Umur tidak ada hubunganya dengan perkembangan ruh, yang ruh itu menyangkut urusan perilaku.
Walaupun tetap saja di dalam islam diperintahkan untuk menghormati yang lebih tua dari usia.
Tetapi hakekat dari derajat manusia tidak ditentukan oleh usia,
sebab ada yang usianya tua tapi derajat ruhnya masih muda.
cintohnya :
Ada manusia umur 50 tahun tapi belum sholat,
itu artinya derajat ruh dia seumuran dengan anak balita.
demikian sebaliknya.
Makanya Imam Al Ghazali lebih banyak mengingatkan dalam urusan ruh,
karena untuk urusan jazad,
manusia tidak perlu disuruh sudah bisa jalan dengan sendirinya.
Derajat manusia ditentukan oleh ruhnya.
Manusia disebut Manusia bukan karena jazad tapi karena ruh.
Kalaupun sampai ada kambing melahirkan manusia sekalipun,
tidak bisa disebut manusia,
karena ruhnya kambing walaupun jazadnya manusia.
demikian pula sebaliknya.
seperti yang tertuang dalam syair,
"Wahai para pelayan jazad/tubuh,
sudah berapa kali kamu celaka gara-gara badan itu".
seperti untuk mendapatka tubuh ideal, manusia melakukan berbagai cara dengan biaya dan sebagainya.
padahal jazad yang dia sayang dan pelihara itu, yang diproduksi keluarnya sampah.
"Wajib atasmu untuk mebina ruhmu,
meningkatkan derajat ruh,
sempurnakan keutamaan2 ruh,
dengan iman, islam, ihsan, ikhlas, tawakkal dan sebagainya.
karena kamu disebut manusia bukan karena jazad tapi karena ruh."
Persis Wasiat Imam Al Ghazali,
Jadikanlah cita-ciatmu/semangatmu di dalam ruh.
Kemudian kekalahan itu ada di dalam nafsu,
targetnya mengalahkan hawa nafsu.
dan kematian itu ada di dalam badan.
karena sesungguhnya badan itu tempatnya di dalam kubur.
Sedangkan mereka yang di dalam kubur.
Sedangkan mereka ahli kubur itu menunggu-nunggu kamu dalam setiap saatnya dan ucapanya,
"Kapan kamu akan sampai pada mereka."
Hati-hati dan waspada kamu
bahwa kamu sampai kepada mereka/ahli kubur itu tanpa bekal.
Kyai Kholil Bisri dalam Khaul Bung Karno,
pernah mengatakan,
" Ahli kubur itu didalam kuburnya seperti orang tenggelam yang minta tolong,
yang dibutuhkan orang tenggelam bukanlah uang tapi pelampung,
demikian juga orang yang sudah mati itu yang dibutuhkan amal sholeh,
ketika amal sholehnya terputus,
dia akan menunggu amal sholeh yang masih mengalir kepadanya/amal jariyah."
Berkata Abu Bakar AsSiddiq,
"Jazad-Jazad itu laksana sangkar-sangkar urung atau genderang-genderang hewan,
maka renungkan san fikirkanlah dirimu dari keduanya itu,
apakah kamu sangkar burung atau genderang hewan,
Jika kamu burung yang sedang terbang tinggi,
pada saat kamu mendengar bunyi gendsrang,
maka genderang iti mengatakan,
" Kembalilah kamu pada Tuhanmu,
maka kamu akan terbang naik ketempat kamu duduk di bagian teringgi bangunan bangunan syurga."
Sebagaimana sabda Rasululllah ketika kematian sahabat Saad Bin Muadz,
"Berguncang Arsy Allah karena kematian Saad bin Muadz,
karena ruhnya akan menuju kesana."
diibaratkan karena begitu mulianga kedhdukan beliau,
hingga Arsybsampai berguncang.
Perlindungan hanyalah dengan perlindungan Allah jika engkau termasuk golongan binatang-binatang ternak.
Berfirman Allah SWT.
" Mereka seperti binatang-binatang ternak bahkan lebih sesat lagi"
Maka tidak aman kamu akan perpindahan,
begitu pindah dari sudut rumah menuju sudut jurang dalamnya neraka."
Diriwayatkan Imam Hasan Basri,
beliau diberi minuman dingin, begitu ambil gelas beliau pingsan dan gelas tsrjatuh dari tanganya.
begitu sadar dari pingsanya, beliau ditanya,
"ada apa engkau ya Abu Said?"
Hasan Basri Menjawab :
"saya inget angan-angan kosongnya para ahli neraka, ketika mereka melihat ahli surga,
mereka berkata,
"tuangkan untuk kami air"
Semoga Allah SWT. memberi kita kelembutan hati sehingga kita dapat mengambil nasehat dari mana saja,
seperti Imam Hasan Basri yang bisa belajar dari segelas air minum,
atau seperti Abdurrahman bin Auf yang mendapat peringatan dari jamuan makan di meja makanya.
ketika suatu hari di meja makan lengkap dengan hidangany, tiba2 beliau menangis,
ketika ditanya :" kenapa anda menagis?"
beliau menjawab,
"saya ingat saudara saya Mus'ab bin Umair dan yang lainya,
yang amalnya lebih baik dari saya tapi mati belun bisa menikmati dunia,
sedang saya sekarang seakan-akan jika aku angkat batu akan ada permata disana,
aku takut jangan jangan i adah saya oleh Allah SWT. pahalanya sudah di habiskan di dunia ini."
...
Wallahu'alam bishowab...
#Muhammad Shoffar Mawardi At Mahad Darul Muwahid

0 Response to "RINGKASAN KAJIAN HARI KEENAM - Kitab Ayyuhal Walad"

Posting Komentar

wdcfawqafwef